Kepemimpinan Islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan
hukum Allah. Oleh karena itu, pemimpin haruslah orang yang paling tahu tentang
hukum Ilahi. Setelah para imam atau khalifah tiada, kepemimpinan harus dipegang
oleh para faqih yang memenuhi syarat-syarat syariat. Bila tak seorang pun faqih
yang memenuhi syarat, harus dibentuk ‘majelis fukaha’.”
Sesungguhnya, dalam Islam, figur pemimpin ideal yang menjadi
contoh dan suritauladan yang baik, bahkan menjadi rahmat bagi manusia (rahmatan
linnas) dan rahmat bagi alam (rahmatan lil’alamin) adalah Muhammad Rasulullah
Saw., sebagaimana dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.
al-Ahzab [33]: 21).
Sebenarnya, setiap manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin
terhadap seluruh metafisik dirinya. Dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggung jawaban atas segala kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan
dalam sabda Rasulullah Saw., yang maknanya sebagai berikut :
“Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin
keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya,
wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suami dan anak-anaknya, dan
ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Ingatlah! Bahwa
kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban
tentang kepemimpinannya,” (Al-Hadits).
Kemudian, dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan
kepemimpinannya, yakni : Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah (STAF):
(1) Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya;
(2) Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan
bernegosiasi;
(3) Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;
(4) Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi,
strategi dan mengimplementasikannya.
Selain itu, juga dikenal ciri pemimpin Islam dimana Nabi Saw
pernah bersabda: “Pemimpin suatu kelompok adalah pelayan kelompok tersebut.”
Oleh sebab itu, pemimpin hendaklah ia melayani dan bukan dilayani, serta
menolong orang lain untuk maju.
Dr. Hisham Yahya Altalib (1991 : 55), mengatakan ada
beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan Islam yaitu :
Pertama, Setia kepada Allah. Pemimpin dan orang yang
dipimpin terikat dengan kesetiaan kepada Allah;
Kedua, Tujuan Islam secara menyeluruh. Pemimpin melihat
tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok, tetapi juga
dalam ruang lingkup kepentingan Islam yang lebih luas;
Ketiga, Berpegang pada syariat dan akhlak Islam. Pemimpin
terikat dengan peraturan Islam, dan boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang
teguh pada perintah syariah.
Dalam mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada
adab-adab Islam, khususnya ketika berurusan dengan golongan oposisi atau
orang-orang yang tak sepaham;
Keempat, Pengemban amanat. Pemimpin menerima kekuasaan
sebagai amanah dari Allah Swt., yang disertai oleh tanggung jawab yang besar.
Al-Quran memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah dan
menunjukkan sikap yang baik kepada pengikut atau bawahannya.
Dalam Al-Quran Allah Swt berfirman :
“(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan
mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada
Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. al-Hajj [22]:41).
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya
prinsip-prinsip
dasar dalam kepemimpinan Islam yakni : Musyawarah; Keadilan;
dan Kebebasan berfikir.
Pemimpin Islam bukanlah kepemimpinan tirani dan tanpa
koordinasi. Tetapi ia mendasari dirinya dengan prinsip-prinsip Islam.
Bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya secara obyektif dan dengan penuh rasa hormat,
membuat keputusan seadil-adilnya, dan berjuang menciptakan kebebasan berfikir,
pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan saling menasihati
satu sama lain sedemikian rupa, sehingga para pengikut atau bawahan merasa
senang mendiskusikan persoalan yang menjadi kepentingan dan tujuan bersama.
Pemimpin Islam bertanggung jawab bukan hanya kepada pengikut atau bawahannya
semata, tetapi yang jauh lebih penting adalah tanggung jawabnya kepada Allah
Swt. selaku pengemban amanah kepemimpinan. Kemudian perlu dipahami bahwa
seorang muslim diminta memberikan nasihat bila diperlukan, sebagaimana Hadits
Nabi dari :Tamim bin Aws
meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. pernah bersabda:
“Agama adalah nasihat.” Kami berkata: “Kepada siapa?”
Beliau menjawab: “Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya,
Pemimpin umat Islam dan kepada masyarakat kamu.”